Personal Consumption Expenditures (PCE) Price Index adalah indikator inflasi utama yang digunakan oleh bank sentral AS Federal Reserve untuk mengukur perubahan rata-rata harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga di Amerika Serikat. Indeks ini memiliki cakupan yang lebih luas dibandingkan indikator inflasi lainnya yaitu, Consumer Price Index (CPI), karena memperhitungkan perubahan perilaku konsumen dan substitusi antar barang.
Federal Reserve menetapkan target inflasi tahunan sebesar 2%, dan indikator utama yang digunakan untuk menilai pencapaian target tersebut adalah Core PCE Price Index. Perubahan pada indeks ini sangat memengaruhi arah kebijakan suku bunga.
Jika angka PCE berada di atas target, biasanya inflasi dikatakan tinggi, maka The Fed cenderung menaikkan suku bunga untuk meredam permintaan.
Sebaliknya, jika angka PCE berada di bawah target, inflasi rendah, maka The Fed cenderung untuk menurunkan suku bunga atau mempertahankan kebijakan pelonggarannya.

Indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) bulan Mei diperkirakan berpotensi memberi ruang bagi Federal Reserve untuk melonggarkan kebijakan moneternya.
Indeks harga PCE bulan Mei diperkirakan mencatat kenaikan tahunan sebesar 2,3% secara tahunan, sedikit naik dari pembacaan bulan April sebesar 2,1%.
Secara bulanan, indeks harga PCE inti secara bulanan berada di angka 0,1%, tidak berubah dibandingkan dengan pembacaan pada bulan April.

Jalur Kendali Inflasi Masih Sesuai Harapan Bank Sentral
Memasuki tahun 2025, secepat Presiden Trump menjabat sebagai Presiden AS, beliau mengeluarkan kebijakan tarif yang menggemparkan pasar global. Target kebijakan tarif impor ini di awal pemerintahannya bukan hanya terhadap produk China namun juga mitra dagang terdekat yaitu Meksiko, Kanada dan Uni Eropa. Selain itu juga kebijakan tarif impor Trump menyasar negara-negara mitra dagang lainnya dengan tarif universal sebesar 10-20%.
Kenaikan tarif impor berpotensi meningkatkan harga di tingkat konsumen karena ada biaya tambahan selain dari biasanya sehingga mendorong biaya-biaya bagi importir dan produsen. Hal inilah yang memberikan kontribusi terhadap angka indeks PCE, khususnya bagi produk barang tahan lama.
Dampak kebijakan tarif telah naik pada beberapa barang, tetapi ada tenggat waktu 9 Juli mendatang untuk pungutan yang lebih tinggi pada sejumlah besar negara - tanpa kepastian apakah pemerintahan Trump akan kembali ke tarif dasar 10%, atau mengenakan sesuatu yang lebih agresif. Ini masih menciptakan ketidakpastian.
Hingga kini, bank sentral masih bersikap status quo atau belum akan merubah kebijakannya hingga ada laporan ekonomi yang jelas menunjukkan kondisi ekonomi AS. Karena saat ini, kebijakan tarif Trump cukup mengganggu ritme kinerja bank sentral dalam mengendalikan inflasi.

Selama konferensi pers setelah pertemuan kebijakan bulan Mei, Ketua Fed Jerome Powell mengatakan bahwa inflasi masih berada di atas target mereka dan memperkirakan tekanan ke atas akan terus berlanjut. Banyaknya ketidakpastian tentang tarif, Powell berpendapat bahwa hal yang benar bagi mereka untuk dilakukan adalah menunggu kejelasan lebih lanjut sebelum mengambil langkah kebijakan berikutnya.
Ketua Fed Jerome Powell dalam testimoninya di hadapan Kongres, bahwa kebijakan tarif Trump mungkin hanya menyebabkan lonjakan harga sekali, tetapi risiko yang mendorong inflasi secara berkelanjutan lebih besar sehingga bank sentral harus berhati-hati dalam mempertimbangkan pemangkasan suku bunga berikutnya.
Namun pandangan pejabat Fed lainnya, membuka peluang dan patut dipertimbangkan untuk memangkas suku bunga dalam waktu dekat.
Pergerakan Dolar AS dan Proyeksi Dampak Kebijakan FED Mendatang
Tren pergerakan dolar saat ini masih dalam tekanan bearish setelah sempat mendapatkan peran safe haven ketika terjadi Perang 12 Hari oleh Iran dan Israel. Indeks dolar AS mencatatkan penurunan hampir 10% sejak awal tahun 2025.

Jika angka PCE inti secara bulanan dirilis sesuai perkiraan 0,1% atau lebih kecil, maka dolar AS masih akan terus tertekan karena ini mampu membuka peluang pemangkasan suku bunga Fed di bulan Juli, lebih cepat dari antisipasi pasar yang memperkirakan pemangkasan paling cepat dilakukan di bulan September.
Meskipun menurut CME FedWatch Tool, pasar masih mengantisipasi tidak ada perubahan kebijakan suku bunga di bulan Juli, hanya menyisakan peluang 23,8%. Sementara untuk pertemuan kebijakan bulan September, pasar memgantisipasi hingga 70,8% adanya pemangkasan suku bunga sebesar 25 bps dan 21,3% adanya pemangkasan suku bunga sebesar 50 bps.
Sebaliknya, jika angka PCE inti secara bulanan dirilis lebih besar dari perkiraan 0,1% maka akan menjadi dukungan bagi dolar AS karena masih memberikan ruang bagi bank sentral Fed untuk mempertahankan suku bunga tinggi di 4,50%.

Indeks dolar masih berada dalam kanal tren turun dan menargetkan support 96.80 dan 94.75. Indikator RSI berada di bawah 50% dan menghadap Selatan dan masih ada ruang untuk menuju area oversold.
Skenario rebound atau bullish baru akan menjadi intensif jika inflasi kembali naik dan mendorong indeks dolar menuju 100 lagi.

Sementara itu, harga emas yang bertahan di atas level psikologisnya 3300/3292 masih mencoba rebound menuju resistance MA100 3362 dan 3393. Ini bisa terjadi jika angka PCE mampu melemahkan dolar AS. Indikator RSI pun mencoba naik ke atas 50% dan jika itu terjadi, maka akan menjadi konfirmasi bullish emas.
Sebaliknya, pergerakan ke bawah MA200 3321 dan level psiokologis 3300 bisa memicu aksi bearish jika angka PCE menguatkan dolar AS. Target bearish berada di 3245.